MAHASISWA FAPERTA UNPAD
SELAMAT DARI TRAGEDI G-30-S/ PKI DI LAMPUNG (2).
{Episode sebelumnya: Usaha
Swasembada Pangan pada Masa G-30-S PKI (1) pada https://sardjono012.blogspot.com.
Dalam suasana negara dalam keadaan bahaya, dua minggu sesudah peristiwa G-30-S PKI pada 1965, Universitas Padjadjaran sesuai dengan perintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) mengirimkan mahasiswa Fakultas Pertanian ke sejumlah propinsi di luar Jawa dan Jawa Barat untuk memberi penyuluhan dan mempraktekkan Panca Usaha bersama petani dalam rangka Swasembada Bahan Makanan.
Dalam suasana negara dalam keadaan bahaya, dua minggu sesudah peristiwa G-30-S PKI pada 1965, Universitas Padjadjaran sesuai dengan perintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) mengirimkan mahasiswa Fakultas Pertanian ke sejumlah propinsi di luar Jawa dan Jawa Barat untuk memberi penyuluhan dan mempraktekkan Panca Usaha bersama petani dalam rangka Swasembada Bahan Makanan.
Satu regu Mahasiswa Faperta Unpad berangkat ke Lampung.
Tanggal 13 Oktober 1965 kami rombongan
mahasiswa Fakultas Pertanian Unpad yang
ditugaskan memberi penyuluhan pertanian pada Pilot Proyek Demonsrasi Massal
Swasembada Bahan Makanan (PP Dema SSBM) ke-2 di Lampung berangkat dari
Bandung naik bis umum ke Merak melewati
Jakarta.
Pembunuhan Para Jenderal Menakutkan Semua Orang.
Peristiwa
pembunuhan terhadap enam jenderal dan seorang perwira pada tanggal 30 Sepember
1965, dua minggu sebelumnya, terus membayangi semua orang dengan rasa takut yang sangat. Jenderal saja dapat dibunuh seperti itu, apalagi
orang-orang biasa yang tidak mempunyai pasukan. Semua orang merasa dalam bahaya.
Karena
keamanan gawat, di Merak seluruh penumpang di geledah oleh ABRI. Seluruh
koper-koper kami dibuka satu persatu dan diperiksa. Kami menunjukkan surat
tugas kami berkop surat Komando Operasi
Tertinggi Ekonomi (KOTOE). Lalu kami diperbolehkan meneruskan perjalanan. Kami
naik kapal dari Merak ke Panjang, pada masa itu bukan ke Bakauhuni. Perjalanan
melewati malam, karena itu kami tidur di geladak kapal.
Lampung adalah propinsi di luar Jawa dengan jumlah anggota PKI dan organisasi afiliasinya terbanyak di antara propinsi lainnya di luar Jawa.
Esok harinya sampai di Panjang dan
terus ke Tanjungkarang. Kami langsung menuju ke Kantor Gubernur dan diterima
oleh Gubernur Kusno Danupoyo (1) dan Kepala Dinas Pertanian Prop.
Lampung, Ir. Desmi Warganegara. Kami diberikan penjelasan bahwa kami akan
bertugas ke Kabupaten Lampung Utara, Lampung Tengah dan Lampung Selatan, tiap
orang mengerjakan proyek terpisah dan
masing-masing mahasiswa Unpad berteman dengan mahasiswa Akademi Pertanian Ciawi
(APT) yang sudah datang lebih dahulu. Seingat saya Sakam Miharja dan Amir Hamzah
di Lampung Tengah. Aos M. Akyas di
Pringsewu, Mochamad Solichin di Kedondong, Sumarto Oteng di Gading Rejo dan
saya di Kampung Jembangan, Desa Bagelen, Gedongtataan. Kemudian kami berempat yang bertugas di Lampung Selatan diantar petugas dari Dinas Pertanian ke lokasi projek. Saya tidak ingat Amir Hamzah, Abdul Rivai dan Jujung Hickman ditugaskan di mana.
Dari Tanjungkarang ke Gedongtataan,
Kedondong, Gadingrejo dan Pringsewu yaitu Kabupaten Lampung Selatan kami semua
naik bis umum. Di atas sopir bus terikat erat per-per bis untuk cadangan karena
jalan-jalan begitu buruk dan lubang-lubangnya dalam dan besar. Per mudah patah.
Bis berjalan lambat. Para penumpang bergoyang-goyang keras ke kiri ke kanan, ke atas dan terguncang di atas jok bis. Kepala saya
beberapa kali terbentur atap bis karena badan bis sering melonjak-lonjak karena
dalamnya lubang. Itulah mengapa sopir
menyiapkan per-per cadangan.
Sesampai di di Gedongtataan saya diantar petugas Dinas Pertanian ke rumah Pak Tanimihardjo, lalu ditinggalkan. Petugas mengantar Solichin, Sumarto dan Aos yang meneruskan perjalanannya ke tempat mereka bertugas.
Sesampai di di Gedongtataan saya diantar petugas Dinas Pertanian ke rumah Pak Tanimihardjo, lalu ditinggalkan. Petugas mengantar Solichin, Sumarto dan Aos yang meneruskan perjalanannya ke tempat mereka bertugas.
Saya kerumah Mantri Pertanian di Gedongtataan namanya Pak Tanimihardjo. Rumahnya kecil dari
bilik bambu berlantai tanah. Pak
Tanimihardjo sedang tidak ada di rumahnya. Oleh tetangganya saya
dibukakan pintu rumah Pak Tani yang terbuat dari anyaman bambu dan engselnya
berupa ikatan tali dari bambu pada kayu kusen pintu. Dengan demikian saya dapat
masuk dan dapat duduk di kursi kayu yang
tidak dipelitur. Saya menunggu berjam-jam.
(Gambar 2: Pemuda Rakyat berlatih baris
berbaris, belum selesai)
Jam
tiga sore saya melihat sekira 40 orang Pemuda Rakyat berlatih baris berbaris sambil berlari-lari dan menyuarakan yell-yell aba-aba baris melewati rumah
Pak Tanimihardjo di jalan kampung itu. Saya sudah makan pagi di
Tanjungkarang tetapi belum makan siang.
Saya lapar tetapi saya takut untuk pergi
ke jalan raya yang tersedia warung nasi yang jauhnya sekitar 500 meter. Di situ saya tidak kenal siapapun
dan saya juga tidak tahu warung yang terdekat, selain itu keadaan belum tentu
aman. Menjelang maghrib barulah Pak Tanimihardjo datang. Jam tujuh malam saya
diajak mandi di kali. Hari sudah gelap sehingga saya tidak melihat air sungai
kecil itu, tetapi yang jelas airnya berbau sengar merangsang. Sesudah mandi itu
barulah saya diajak makan malam. Makan malamnya oyek (Sd) atau gogik (Jw)
yaitu ubi kayu yang dijemur dan difermentasi diberi gula merah dan parutan
kelapa. Malam itu saya agak terganggu tidur karena oyek itu terasa panas di
perut.
Esok harinya barulah saya diantar
Pak Tanimihardjo ke Kampung Jembangan, Desa Bagelen ke rumah Pak Kebayan Pak Martowirono.
Kebayan adalah nama jabatan Kepala Kampung di Jawa.
Nenek moyang orang
Jembangan adalah transmigran pertama yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1906 dari Purworejo.
Gambar 3: Pemandangan sekitar proyek di Kp Jembangan Ds.Bagelen, Gedongtataan.
(grafis fullpen pada kertas HVS S. Angudi)
(grafis fullpen pada kertas HVS S. Angudi)
Nenek moyang penduduk Gedongtataanlah yang
membuat sawah, jalan dan kampung di situ dari hutan belantara. Mereka bercerita bahwa
banyak nenek moyang mereka yang meninggal, mungkin karena terserang malaria. Gedongtataan
dibuat oleh Belanda agar tersedia buruh bagi perkebunan karet di Lampung.
Sangat beruntung kedatangan kami di
Jembangan tidak terlambat, artinya lahan sawah masih belum ditanami sehingga
kami rasanya akan dapat mengelola seluruh komponen Panca Usaha dengan baik.
Persiapan
Pilot Projek Demonstrasi Massal Swa Sembada Bahan Makanan (PP Dema SSBM). Begitu sampai
di lokasi proyek Mawardi Usman, demikian nama mahasiswa dari APT Bogor,
dan saya segera membuat persiapan-persiapan berupa pembentukan panitia
pelaksana tingkat Kecamatan dan Desa. Walaupun dalam prakteknya kami berdua
yang melaksanakan pekerjaan sehari-hari, pembentukan panitia ini penting agar
seluruh komponen masyarakat ikut
bertanggung-jawab bila keadaan menjadi darurat atau bila proyek berhasil dengan
baik atau bila proyek memerlukan keterlibatan mereka. Ringkas cerita semua
berjalan dengan baik.
Gambar 4: Pemandangan sekitar proyek
Dema Swasembada Bahan Makanan di Kp Jembangan, Ds Bagelen, Gedongtataan (2).
Dema Swasembada Bahan Makanan di Kp Jembangan, Ds Bagelen, Gedongtataan (2).
Lubang Perlindungan untuk Mengubur Bila PKI Berhasil.
Suatu
hari Bapak Kebayan menanyakan kepada saya apakah di Jawa atau di tempat lain
warga diminta untuk membuat lubang-lubang perlindungan untuk berlindung bila
ada serangan udara dari Malaysia. Saya
bilang saya tidak tahu, tetapi rasanya tidak ada perintah semacam itu. Selain
itu saya jelaskan bahwa lubang perlindungan di daerah pertanian rasanya tidak masuk akal karena serangan
udara pastinya akan ditujukan kepada
daerah industri atau daerah militer dan bukannya ke daerah pertanian.
Bapak Kebayan mengatakan bahwa di
Lampung ada perintah untuk setiap
keluarga membuat lubang perlindungan. Saya
ditunjukkan dan melihat lubang perlindungan sedalam 30 senti selebar setengah
meter sepanjang empat meter. Kelihatan kalau lubang perlindungan dibuat tidak
bersungguh-sungguh dan tidak akan dapat membantu melindungi manusia dari serangan udara. Yang dapat memerintah semacam itu adalah Front Nasional
yaitu gabungan koordinasi partai-partai politik yang suaranya kebanyakan
didominasi oleh suara PKI.
Semua
komponen Panca-Usaha di Bagelen dapat dilaksanakan dengan baik termasuk tandur
jajar dan penggunaan padi jenis Shinta
yaitu Unggulan Nasional. Padi jenis Enthik
Urang yaitu padi berumur panjang, rasa nasinya enak, beranak sedikit dan
kurang responsif terhadap pemupukan yang banyak ditanam di Jembangan/ Bagelen
diganti dengan Shinta.
Seluruh
komponen Panca Usaha yaitu Pengolahan Tanah dan Penyiangan yang Baik, Penggunaan Varietas Padi yang Dianjurkan, Pengairan yang Teratur, Pemakaian Pupuk Sesuai Anjuran, dan Pemberantasan
Hama dan Penyakit Tanaman dapat dilaksanakan dengan baik.Petani melakukan tandur jajar sehingga penggunaan lahan dapat efisien dan jatah luasan untuk semua tanaman bisa sama.
(Gambar 5: Sawah dengan tandur jajar dan
orang bertanaman padi, belum selesai)
Masyarakat Mulai Memburu PKI.
Beberapa hari kemudian para pemuda Bagelen
berkumpul dan berkoordinasi dengan ABRI untuk
melakukan penggerebegan terhadap orang-orang PKI di sekitar Gedongtataan.
Karena di desa semua orang tahu siapa yang PNI dan siapa yang PKI, Pemuda
Rakyat atau Gerwani, yaitu organisasi bawahan PKI, maka orang tinggal melakukan
penahanan atau pengejaran terhadap
mereka.
Saya
melihat dari jauh orang-orang PKI yang berlarian di sawah yang dikejar-kejar
oleh masyarakat. Saya juga melihat tahanan-tahanan PKI yang dibawa dengan
truk-truk untuk dipekerjakan di suatu tempat.
Juga tahanan yang disuruh mandi di saluran pengairan di Gadingrejo. Selama
menjalankan proyek yang letaknya dekat dengan jalan raya Tanjungkarang ke
Pringsewu, kami sering melihat truk-truk lewat yang membawa
jenazah-jenazah orang-orang PKI yang
meninggal dalam tahanan di Kalianda. Kalianda adalah pusat tahanan PKI di
Lampung Selatan. Kami tahu bahwa truk itu membawa jenazah dari cara orang-orang
di atas truk itu berdiri. Jenazah-jenazah diletakkan di tengah bak truk sedangkan
saudara-saudaranya yang membawa jenazah itu berdiri di pinggir bak truk dan di
bagian belakang dekat pintu.
Dapat dibayangkan tahanan sangat menderita karena begitu banyak yang harus ditahan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang amuradul. Saya dengar tahanan kebanyakan meninggal karena makanan yang kurang sehingga kesehatan memburuk dan penyakit pencernaan semacam tifus dan kolera.
Dapat dibayangkan tahanan sangat menderita karena begitu banyak yang harus ditahan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang amuradul. Saya dengar tahanan kebanyakan meninggal karena makanan yang kurang sehingga kesehatan memburuk dan penyakit pencernaan semacam tifus dan kolera.
Perekonomian Indonesia yang
sangat buruk itu ditandai dengan jalan-jalan yang sangat rusak, beras dalam
jumlah tertentu tidak boleh dibawa
melewati kabupaten, pegawai negeri dan anggota ABRI dijatah beras dan gula. Minyak tanah dijatah, ban mobil baru sangat jarang sehingga
banyak percaloan untuk hampir semua jenis barang. Inflasi lebih dari 400% dalam waktu 3-4 tahun.
Kode Untuk Pembunuhan.
Dari teman-teman pemuda tani yang berbicara dengan ABRI diperoleh keterangan bahwa seluruh keluarga anggota PKI telah diperintahkan
secara rahasia oleh partai agar menggantungkan bawang merah, bawang putih dan
cabe di belakang pintu rumah utama "supaya selamat". Ini seperti perintah partai yang takhayul, padahal ini sebenarnya kode untuk pembunuhan. Para pemuda tani sesudah kejadian G-30-S curiga
bahwa ini suatu kode bahwa bila PKI yang menang, orang-orang yang rumahnya
tanpa gantungan bumbu tersebut akan
dibantai. Sedangkan yang menggantung bumbu berarti separtai. Sedangkan
kuburannya sudah tersedia yaitu lubang-lubang perlindungan dari serangan udara Malaysia
yang telah diperintahkan untuk dibuat.
Beberapa bulan kemudian setelah kami pulang ke Bandung, kami mendengar cerita bahwa Sukri Amin Mas'ud '60 yang bertugas di Sulawesi Selatan waktu penyuluhannya ditemani Babinsa yang meletuskan senjata pada waktu tandur jajar. WA dari Kang Ishak Somawiria dua hari yang lalu (21/02/2023) yang dulu ditugaskan di Maros menyebutkan bahwa dirinya dibekali pistol oleh sehingga pada waktu mengambil honor para pegawai Diperta cemas.
Teman-teman seregu di Lampung sesudah kembali ke Jl. Maulana Yusuf Bandung menceritakan cerita-cerita yang mengerikan yang dialaminya yang saya tak akan menceritakan kepada anda semua.
Ini semua menggambarkan kegentingan keamanan. .
Ke Kebun Way Lima PTP. IX.
Kuliah Kerja adalah kesempatan bagi
mahasiswa untuk melakukan percobaan sebuah atau beberapa matapelajaran sebagai bahan menyusun
Skripsi Major, Minor atau Elective. Pada kesempatan ini Solichin, Soemarto dan
saya dapat menghadap Bapak Administratur Perkebunan Way Lima dari PT.
Perkebunan IX yang tidak jauh dari Gedongtataan. Dengan kebaikan Bapak Administratur Maktal, kami bertiga diperbolehkan mengadakan percobaan yang ada
hubungannya dengan perkebunan dan matapelajaran kami. Tanpa pertolongan Bapak Maktal dan Bapak Poernomo Soetjipto, sebagai Kepala Bagian Tanaman, kami akan lebih
lama menyelesaikan kuliah kami. Kami diberikan sebuah villa/guesthouse di depan rumah
dinas Administratur untuk menginap pada waktu praktek yaitu pengamatan, wawancara dan
pengukuran. Kami juga sering disediakan makan siang oleh Kepala Tanaman yang rumah dinasnya tak jauh dari villa kami. Kami juga sering
mendengar cerita Pak Neromersyah, staf Kebun Way Lima, yang ceritanya lucu-lucu pada waktu
dulu beliau kuliah di IPB Bogor. Kami semua sangat berterimakasih atas
kesempatan berpraktikum di kebun karet Way Lima dan diskusi-diskusi dengan
Bapak-bapak tersebut yang sambung menyambung dan hangat.
Selama praktek di Kebun Way Lima
kira-kira satu bulan, kami agak melupakan keadaan ekonomi dan politik diluar
kebun yang penuh bahaya, penderitaan dan permusuhan. Apalagi dari villa, sambil
menulis catatan hasil percobaan dan wawancara, dari jauh kami dapat mendengar lagu-lagu dari piringan hitamnya Pak
Maktal Adm Way Lima, suara Nat King Cole in Latin. Sungguh laksana musafir-musafir yang
menemukan oase.
Panenan
yang Berhasil.
Panca Usaha di Bagelen dapat dilakukan dengan sempurna. Benih yang ditanam Unggul Nasional Shinta tumbuh dengan subur dan baik. Petani melakukan tandur jajar. Pemupukan dilakukan tepat pada waktunya karena pupuk dapat dikirim beberapa hari sebelum pemupukan. Insektisida dan racun tikus tersedia tetapi kami tidak menggunakan karena tidak ada serangan hama. Tibalah saatnya untuk panen, maka luasan 50 hektar itupun beramai-ramai dipanen oleh para petani. Panenan didahului oleh Camat Gedongtataan, Kepala
Desa dan Komandan Rayon Militer (Dan Ramil). Para petani sangat bersuka ria ketika melihat penampakan bulir padi
yang dipanen Camat dan ditempat lainnya. Hal ini menjadi
kenyataan lagi setelah seluruh petani anggota proyek kebingungan untuk
menyimpan gabah hasil panen mereka.
Mereka mengatakan belum pernah memanen sebanyak itu. Kamar-kamar yang biasanya
setengahnya berisi gabah, sekarang penuh, ditambah kamar-kamar tambahan lainnya
dan pinggiran rumah dibawah atap dipenuhi oleh
padi. Kami menduga kenaikan hasil padi Shinta dengan Panca Usaha
dibandingkan dengan Enthik Urang dengan cara
tradisionil petani mencapai sedikitnya 60-70%.
Pada waktu perpisahan ketika kami
akan pulang, para petani menanggap band sederhana dan anak-anak muda tani bernyanyi.
Diluar dugaan waktu kami berdua sudah
siap membawa koper akan berangkat, ternyata Pak Kebayan memberikan amplop
uang hasil pengumpulan dari para petani kepada
kami untuk bekal saya pulang ke Bandung dan Mawardi ke Ciawi.
Pelajaran.
1.
Jangan
ada lagi kejadian dimana Politik adalah
Panglima, seharusnya usaha menuju kepada Kesejahteraan
Rakyatlah yang Panglima. Jangan ada lagi Pertentangan Kelas, tetapi Musyawarah
dan Gotong-royong. Percobaan konsep Marxisme telah membunuh ratusan ribu
rakyat Indonesia, sungguh suatu kejadian yang mengerikan dan menyedihkan. Tetapi bila Marxisme
menang mungkin lebih banyak lagi korban yang
dibantai seperti yang pernah terjadi di negara lain. Ternyata teror dan
pembunuhan untuk menakut-takuti orang dapat membalik kepada yang pertama-tama membuatnya, bahkan
orang-orang yang tak bersalah ikut menjadi korban. Sangat menyedihkan.
2.
Menyambut
perpisahan dengan kami, Gubernur Lampung menyatakan kepuasannya atas hasil
Panca Usaha di Lampung. Seluruh anggota regu mahasiswa Fakultas Pertanian Unpad semua pulang kembali ke Bandung dengan
selamat.
3.
Dari hasil Demas SSBM dibanyak propinsi selama dua musim, Presiden Soeharto meneruskan
usaha Presiden Soekarno untuk memperhatikan pertanian, mendirikan pabrik Pupuk Sriwijaya dan Kujang, mengangkat ribuan Penyuluh Pertanian, mendirikan Balai
Penyuluhan Pertanian, Balai Informasi Pertanian, memberikan kredit kepada
petani, mendirikan Koperasi Unit Desa dan membuat bendungan Jatiluhur, Karangkates, Jratunseluna, membuat saluran-saluran
irigasi dan mendirikan pusat perbenihan Sang Hyang Seri. Semua dirangkum dalam organisasi BIMAS yang dikomando secara sentralisasi seperti organisasi ketentaraan dan pemerintahan.
Duapuluh tahun kemudian, pada 1984 FAO memberikan penghargaan kepada Presiden Soeharto atas prestasinya Indonesia berswasembada beras di Gedung PBB di New York.
Duapuluh tahun kemudian, pada 1984 FAO memberikan penghargaan kepada Presiden Soeharto atas prestasinya Indonesia berswasembada beras di Gedung PBB di New York.
(1)id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Gubernur_Lampung.
Sardjono
Angudi
25/01/2015 diperbaiki 21/02/2023
Sesudah
menyelesaikan tugas di Lampung ini kemudian:
Amir
Hamzah Sumintapura menjadi Profesor di Fakultas Pertanian Unpad.
Aos
M. Akyas menjadi Profesor di Fakultas Pertanian Unpad.
Mochamad
Solichin menjadi Inspektur pada PT. Perkebunan IX.
Sakam
Mihardja menjadi Administratur PT.
Perkebunan XIII di perluasan Kalimantan.
Soemarto
Oteng menyeselaikan S2 dan menjadi dosen
di Fakultas Pertanian Unpad.
Sardjono Angudi bekerja di perusahaan swasta.
Semoga Allah SWT memberikan pahala atas amal dan pengorbanan mereka kepada teman-teman seregu yang telah mendahului dipanggil-Nya.
Aamiin yaa Robbal'aalamiin.
Sardjono Angudi
angudiwatugiri@gmail.com
29/01/2015 diperbaiki 23/02/2023