Wednesday, January 28, 2015

MAHASISWA FAPERTA UNPAD SELAMAT DARI TRAGEDI G30S.



MAHASISWA FAPERTA UNPAD SELAMAT DARI TRAGEDI G-30-S/ PKI DI LAMPUNG (2).

{Episode sebelumnya: Usaha Swasembada Pangan pada Masa G-30-S PKI (1) pada https://sardjono012.blogspot.com.

            Dalam suasana negara dalam keadaan bahaya, dua minggu sesudah peristiwa G-30-S PKI pada 1965, Universitas Padjadjaran sesuai dengan perintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) mengirimkan  mahasiswa Fakultas Pertanian ke sejumlah propinsi di luar Jawa dan Jawa Barat untuk memberi penyuluhan dan mempraktekkan Panca Usaha bersama petani dalam rangka Swasembada Bahan Makanan. 
 
 
       Satu regu Mahasiswa Faperta Unpad berangkat ke Lampung.  
            Tanggal 13 Oktober 1965 kami rombongan mahasiswa Fakultas Pertanian Unpad  yang ditugaskan memberi penyuluhan pertanian  pada Pilot Proyek Demonsrasi Massal Swasembada Bahan Makanan (PP Dema SSBM) ke-2 di Lampung berangkat dari Bandung  naik bis umum ke Merak melewati Jakarta. 
 
 
       Pembunuhan Para Jenderal Menakutkan Semua Orang. 
            Peristiwa pembunuhan terhadap enam jenderal dan seorang perwira pada tanggal 30 Sepember 1965, dua minggu sebelumnya, terus membayangi semua orang dengan rasa takut yang sangat. Jenderal saja dapat dibunuh seperti itu, apalagi orang-orang biasa yang tidak mempunyai pasukan. Semua orang merasa dalam bahaya.
       Karena keamanan gawat, di Merak seluruh penumpang di geledah oleh ABRI. Seluruh koper-koper kami dibuka satu persatu dan diperiksa. Kami menunjukkan surat tugas kami  berkop surat Komando Operasi Tertinggi Ekonomi (KOTOE). Lalu kami diperbolehkan meneruskan perjalanan. Kami naik kapal dari Merak ke Panjang, pada masa itu bukan ke Bakauhuni. Perjalanan melewati malam, karena itu kami tidur di geladak kapal. 
Lampung adalah propinsi di luar Jawa dengan jumlah anggota PKI dan organisasi afiliasinya terbanyak di antara propinsi lainnya di luar  Jawa.

        Esok harinya sampai di Panjang dan terus ke Tanjungkarang. Kami langsung menuju ke Kantor Gubernur dan diterima oleh Gubernur Kusno Danupoyo (1) dan Kepala Dinas Pertanian Prop. Lampung, Ir. Desmi Warganegara. Kami diberikan penjelasan bahwa kami akan bertugas ke Kabupaten Lampung Utara, Lampung Tengah dan Lampung Selatan, tiap orang mengerjakan proyek terpisah  dan masing-masing mahasiswa Unpad berteman dengan mahasiswa Akademi Pertanian Ciawi (APT) yang sudah datang lebih dahulu. Seingat saya Sakam Miharja dan Amir Hamzah di Lampung Tengah.  Aos M. Akyas di Pringsewu, Mochamad Solichin di Kedondong, Sumarto Oteng di Gading Rejo dan saya di Kampung Jembangan, Desa Bagelen, Gedongtataan. Kemudian kami berempat yang bertugas di Lampung Selatan diantar petugas dari Dinas Pertanian ke lokasi projek. Saya tidak ingat Amir Hamzah, Abdul Rivai dan Jujung Hickman ditugaskan di mana. 
            Dari Tanjungkarang ke Gedongtataan, Kedondong, Gadingrejo dan Pringsewu yaitu Kabupaten Lampung Selatan kami semua naik bis umum. Di atas sopir bus terikat erat per-per bis untuk cadangan karena jalan-jalan begitu buruk dan lubang-lubangnya dalam dan besar. Per mudah patah. Bis berjalan lambat. Para penumpang bergoyang-goyang keras ke kiri ke kanan, ke atas dan terguncang di atas jok bis. Kepala saya beberapa kali terbentur atap bis karena badan bis sering melonjak-lonjak karena dalamnya lubang.  Itulah mengapa sopir menyiapkan per-per cadangan. 
           Sesampai di di Gedongtataan saya diantar petugas Dinas Pertanian ke rumah Pak Tanimihardjo, lalu ditinggalkan. Petugas mengantar Solichin, Sumarto dan Aos yang meneruskan perjalanannya ke tempat mereka bertugas. 
           Saya kerumah Mantri Pertanian di Gedongtataan  namanya Pak Tanimihardjo. Rumahnya kecil dari bilik bambu berlantai tanah. Pak  Tanimihardjo sedang tidak ada di rumahnya. Oleh tetangganya saya dibukakan pintu rumah Pak Tani yang terbuat dari anyaman bambu dan engselnya berupa ikatan tali dari bambu pada kayu kusen pintu. Dengan demikian saya dapat masuk dan  dapat duduk di kursi kayu yang tidak dipelitur. Saya menunggu berjam-jam.

(Gambar 2: Pemuda Rakyat berlatih baris berbaris, belum selesai)
           
       Jam tiga sore saya melihat sekira 40 orang Pemuda Rakyat berlatih baris berbaris sambil  berlari-lari dan menyuarakan yell-yell aba-aba baris melewati rumah Pak Tanimihardjo di jalan kampung itu. Saya sudah makan pagi di Tanjungkarang  tetapi belum makan siang. Saya lapar  tetapi saya takut untuk pergi ke jalan raya yang tersedia warung nasi yang  jauhnya sekitar 500 meter. Di situ saya tidak kenal siapapun dan saya juga tidak tahu warung yang terdekat, selain itu keadaan belum tentu aman. Menjelang maghrib barulah Pak Tanimihardjo datang. Jam tujuh malam saya diajak mandi di kali. Hari sudah gelap sehingga saya tidak melihat air sungai kecil itu, tetapi yang jelas airnya berbau sengar merangsang. Sesudah mandi itu barulah saya diajak makan malam. Makan malamnya oyek (Sd) atau gogik (Jw) yaitu ubi kayu yang dijemur dan difermentasi diberi gula merah dan parutan kelapa. Malam itu saya agak terganggu tidur karena oyek itu terasa panas di perut.
            Esok harinya barulah saya diantar Pak Tanimihardjo ke Kampung Jembangan, Desa Bagelen ke rumah Pak Kebayan  Pak Martowirono. Kebayan adalah nama jabatan Kepala Kampung di Jawa. 
        Nenek moyang orang Jembangan adalah transmigran pertama yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1906 dari Purworejo.
             



Gambar 3: Pemandangan sekitar proyek di Kp Jembangan Ds.Bagelen, Gedongtataan. 
(grafis fullpen pada kertas HVS S. Angudi)

       

            Nenek moyang penduduk Gedongtataanlah yang membuat sawah, jalan dan kampung di situ dari hutan belantara. Mereka bercerita bahwa banyak nenek moyang mereka yang meninggal, mungkin karena terserang malaria. Gedongtataan dibuat oleh Belanda agar tersedia buruh bagi perkebunan karet di Lampung.
            Sangat beruntung kedatangan kami di Jembangan tidak terlambat, artinya lahan sawah masih belum ditanami sehingga kami rasanya akan dapat mengelola seluruh komponen Panca Usaha dengan baik.

       Persiapan Pilot Projek Demonstrasi Massal Swa Sembada Bahan Makanan (PP Dema SSBM).             Begitu sampai  di lokasi proyek Mawardi Usman, demikian nama mahasiswa dari APT Bogor, dan saya segera membuat persiapan-persiapan berupa pembentukan panitia pelaksana tingkat Kecamatan dan Desa. Walaupun dalam prakteknya kami berdua yang melaksanakan pekerjaan sehari-hari, pembentukan panitia ini penting agar seluruh komponen masyarakat  ikut bertanggung-jawab bila keadaan menjadi darurat atau bila proyek berhasil dengan baik atau bila proyek memerlukan keterlibatan mereka. Ringkas cerita semua berjalan dengan baik. 





Gambar 4: Pemandangan sekitar proyek
Dema Swasembada Bahan Makanan di Kp Jembangan, Ds Bagelen, Gedongtataan (2).
  
           
Lubang Perlindungan untuk Mengubur Bila PKI Berhasil
            Suatu hari Bapak Kebayan menanyakan kepada saya apakah di Jawa atau di tempat lain warga diminta untuk membuat lubang-lubang perlindungan untuk berlindung bila ada serangan udara dari Malaysia.  Saya bilang saya tidak tahu, tetapi rasanya tidak ada perintah semacam itu. Selain itu saya jelaskan bahwa lubang perlindungan di daerah pertanian  rasanya tidak masuk akal karena serangan udara pastinya akan ditujukan kepada  daerah industri atau daerah militer dan bukannya ke daerah pertanian. Bapak Kebayan mengatakan bahwa  di Lampung ada perintah  untuk setiap keluarga membuat lubang perlindungan.  Saya ditunjukkan dan melihat lubang perlindungan sedalam 30 senti selebar setengah meter sepanjang empat meter. Kelihatan kalau lubang perlindungan dibuat tidak bersungguh-sungguh dan tidak akan dapat membantu melindungi manusia dari serangan udara. Yang dapat memerintah semacam itu adalah Front Nasional yaitu gabungan koordinasi partai-partai politik yang suaranya kebanyakan didominasi oleh suara PKI. 
 
           Semua komponen Panca-Usaha di Bagelen dapat dilaksanakan dengan baik termasuk tandur jajar dan penggunaan padi jenis Shinta yaitu Unggulan Nasional. Padi jenis Enthik Urang yaitu padi berumur panjang, rasa nasinya enak, beranak sedikit dan kurang responsif terhadap pemupukan yang banyak ditanam di Jembangan/ Bagelen diganti dengan Shinta.  
         Seluruh komponen Panca Usaha yaitu Pengolahan Tanah dan Penyiangan yang Baik, Penggunaan Varietas Padi yang Dianjurkan, Pengairan yang Teratur, Pemakaian Pupuk Sesuai Anjuran, dan Pemberantasan Hama dan Penyakit Tanaman dapat dilaksanakan dengan baik.Petani melakukan tandur jajar sehingga penggunaan lahan dapat efisien dan jatah luasan untuk semua tanaman bisa sama.

(Gambar 5: Sawah dengan tandur jajar dan orang bertanaman padi, belum selesai)
 
Masyarakat Mulai Memburu PKI.  
            Beberapa hari kemudian para pemuda Bagelen berkumpul dan berkoordinasi  dengan ABRI untuk melakukan penggerebegan terhadap orang-orang PKI di sekitar Gedongtataan. Karena di desa semua orang tahu siapa yang PNI dan siapa yang PKI, Pemuda Rakyat atau Gerwani, yaitu organisasi bawahan PKI, maka orang tinggal melakukan penahanan  atau pengejaran terhadap mereka.
           Saya melihat dari jauh orang-orang PKI yang berlarian di sawah yang dikejar-kejar oleh masyarakat. Saya juga melihat tahanan-tahanan PKI yang dibawa dengan truk-truk untuk dipekerjakan di suatu tempat.  Juga tahanan yang disuruh mandi di saluran pengairan di Gadingrejo. Selama menjalankan proyek yang letaknya dekat dengan jalan raya Tanjungkarang ke Pringsewu, kami sering melihat truk-truk lewat yang membawa jenazah-jenazah  orang-orang PKI yang meninggal dalam tahanan di Kalianda. Kalianda adalah pusat tahanan PKI di Lampung Selatan. Kami tahu bahwa truk itu membawa jenazah dari cara orang-orang di atas truk itu berdiri. Jenazah-jenazah diletakkan di tengah bak truk sedangkan saudara-saudaranya yang membawa jenazah itu berdiri di pinggir bak truk dan di bagian belakang dekat pintu. 
           Dapat dibayangkan tahanan sangat menderita karena begitu banyak yang harus ditahan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang amuradul.  Saya dengar tahanan kebanyakan meninggal karena makanan yang kurang sehingga kesehatan memburuk dan penyakit pencernaan semacam tifus dan kolera.
Perekonomian Indonesia yang sangat buruk itu ditandai dengan jalan-jalan yang sangat rusak, beras dalam jumlah tertentu tidak  boleh dibawa melewati kabupaten, pegawai negeri dan anggota ABRI dijatah beras dan gula. Minyak tanah dijatah, ban mobil baru sangat jarang sehingga banyak percaloan untuk hampir semua jenis barang. Inflasi lebih dari 400% dalam waktu 3-4 tahun.

            Kode Untuk Pembunuhan. 
            Dari  teman-teman pemuda tani  yang berbicara dengan ABRI  diperoleh keterangan bahwa seluruh  keluarga anggota PKI telah diperintahkan secara rahasia oleh partai agar menggantungkan bawang merah, bawang putih dan cabe di belakang pintu rumah utama "supaya selamat". Ini seperti perintah partai yang takhayul, padahal ini sebenarnya kode untuk pembunuhan.  Para pemuda tani sesudah kejadian G-30-S curiga bahwa ini suatu kode bahwa bila PKI yang menang, orang-orang yang rumahnya tanpa  gantungan bumbu tersebut akan dibantai. Sedangkan yang menggantung bumbu berarti separtai. Sedangkan kuburannya sudah tersedia yaitu lubang-lubang perlindungan dari serangan udara Malaysia yang  telah diperintahkan  untuk dibuat. 
        Beberapa bulan kemudian setelah kami pulang ke Bandung, kami mendengar cerita bahwa Sukri Amin Mas'ud '60 yang bertugas di Sulawesi Selatan waktu penyuluhannya ditemani Babinsa  yang meletuskan senjata pada waktu tandur jajar. WA dari Kang Ishak Somawiria dua hari yang lalu (21/02/2023) yang dulu ditugaskan di Maros   menyebutkan bahwa dirinya dibekali pistol oleh  sehingga pada waktu mengambil honor para pegawai Diperta cemas.
        Teman-teman seregu di Lampung sesudah kembali ke Jl. Maulana Yusuf Bandung menceritakan cerita-cerita yang mengerikan yang dialaminya yang saya tak akan menceritakan kepada anda semua.
        Ini semua menggambarkan kegentingan keamanan. .
 
 
            Ke Kebun Way Lima PTP. IX. 
            Kuliah Kerja adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk  melakukan percobaan sebuah atau beberapa matapelajaran sebagai bahan menyusun Skripsi Major, Minor atau Elective. Pada kesempatan ini Solichin, Soemarto dan saya dapat menghadap Bapak Administratur Perkebunan Way Lima dari PT. Perkebunan IX yang tidak jauh dari Gedongtataan. Dengan kebaikan Bapak Administratur Maktal, kami bertiga diperbolehkan mengadakan percobaan yang ada hubungannya dengan perkebunan dan matapelajaran kami. Tanpa  pertolongan Bapak Maktal dan Bapak Poernomo Soetjipto, sebagai Kepala Bagian Tanaman,  kami akan lebih lama menyelesaikan kuliah kami. Kami diberikan sebuah villa/guesthouse di depan rumah dinas Administratur  untuk menginap pada waktu praktek yaitu pengamatan, wawancara dan pengukuran. Kami juga sering disediakan makan siang oleh Kepala Tanaman yang rumah dinasnya tak jauh dari villa kami. Kami juga sering mendengar cerita Pak Neromersyah, staf Kebun Way Lima, yang ceritanya lucu-lucu pada waktu dulu beliau kuliah di IPB Bogor. Kami semua sangat berterimakasih atas kesempatan berpraktikum di kebun karet Way Lima dan diskusi-diskusi dengan Bapak-bapak tersebut yang sambung menyambung dan hangat.
            Selama praktek di Kebun Way Lima kira-kira satu bulan, kami agak melupakan keadaan ekonomi dan politik diluar kebun yang penuh bahaya, penderitaan dan permusuhan. Apalagi dari villa, sambil menulis catatan hasil percobaan dan wawancara, dari jauh kami dapat mendengar lagu-lagu dari piringan hitamnya Pak Maktal  Adm Way Lima, suara Nat King Cole in Latin.  Sungguh laksana musafir-musafir yang menemukan oase.
 
 
         Panenan yang Berhasil.  
            Panca Usaha di Bagelen dapat dilakukan dengan sempurna. Benih yang ditanam Unggul Nasional Shinta tumbuh dengan subur dan baik. Petani melakukan tandur jajar. Pemupukan dilakukan tepat pada waktunya karena pupuk dapat dikirim beberapa hari sebelum pemupukan. Insektisida dan racun tikus tersedia tetapi kami tidak menggunakan karena tidak ada serangan hama. Tibalah saatnya untuk panen, maka luasan 50 hektar itupun beramai-ramai  dipanen oleh para petani. Panenan didahului  oleh Camat Gedongtataan, Kepala Desa dan Komandan Rayon Militer (Dan Ramil). Para petani sangat bersuka ria ketika melihat penampakan bulir padi yang dipanen Camat dan ditempat lainnya.  Hal ini menjadi kenyataan lagi setelah seluruh petani anggota proyek kebingungan untuk menyimpan  gabah hasil panen mereka. Mereka mengatakan belum pernah memanen sebanyak itu. Kamar-kamar yang biasanya setengahnya berisi gabah, sekarang penuh, ditambah kamar-kamar tambahan lainnya dan pinggiran rumah dibawah atap dipenuhi oleh  padi. Kami menduga kenaikan hasil padi Shinta dengan Panca Usaha dibandingkan dengan Enthik Urang dengan  cara tradisionil petani mencapai sedikitnya 60-70%.
            Pada waktu perpisahan ketika kami akan pulang, para petani menanggap band sederhana dan anak-anak muda tani bernyanyi. Diluar dugaan waktu kami berdua  sudah siap membawa koper akan berangkat, ternyata Pak Kebayan memberikan amplop uang  hasil pengumpulan dari para petani kepada kami untuk bekal saya pulang ke Bandung dan Mawardi ke Ciawi.
           
 Pelajaran.
 1.   Jangan ada lagi kejadian dimana Politik adalah Panglima, seharusnya usaha menuju kepada Kesejahteraan Rakyatlah yang Panglima. Jangan ada lagi Pertentangan Kelas, tetapi Musyawarah dan Gotong-royong. Percobaan konsep Marxisme telah membunuh ratusan ribu rakyat Indonesia, sungguh suatu kejadian yang mengerikan dan menyedihkan. Tetapi bila Marxisme menang mungkin lebih banyak lagi korban yang  dibantai seperti yang pernah terjadi di negara lain. Ternyata teror dan pembunuhan untuk menakut-takuti orang dapat membalik kepada yang pertama-tama membuatnya, bahkan orang-orang yang tak bersalah ikut menjadi korban. Sangat menyedihkan. 
2.   Menyambut perpisahan dengan kami, Gubernur Lampung menyatakan kepuasannya atas hasil Panca Usaha di Lampung. Seluruh anggota regu mahasiswa Fakultas Pertanian Unpad semua pulang kembali ke Bandung dengan selamat.
3.   Dari hasil Demas SSBM dibanyak propinsi selama dua musim, Presiden Soeharto meneruskan usaha Presiden Soekarno untuk memperhatikan pertanian, mendirikan pabrik Pupuk Sriwijaya dan Kujang,  mengangkat  ribuan Penyuluh Pertanian, mendirikan Balai Penyuluhan Pertanian, Balai Informasi Pertanian, memberikan kredit kepada petani, mendirikan Koperasi Unit Desa dan membuat bendungan Jatiluhur, Karangkates, Jratunseluna, membuat saluran-saluran irigasi dan mendirikan pusat perbenihan Sang Hyang Seri. Semua dirangkum dalam organisasi BIMAS yang dikomando secara sentralisasi seperti organisasi ketentaraan dan pemerintahan.
Duapuluh tahun kemudian, pada 1984 FAO memberikan penghargaan kepada Presiden Soeharto atas prestasinya Indonesia berswasembada beras di Gedung PBB di New York.

(1)id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Gubernur_Lampung.
Sardjono Angudi

25/01/2015 diperbaiki 21/02/2023

Sesudah menyelesaikan tugas di Lampung ini kemudian:
Amir Hamzah Sumintapura menjadi Profesor di Fakultas Pertanian Unpad.
Aos M. Akyas menjadi Profesor di Fakultas Pertanian Unpad.
Mochamad Solichin menjadi Inspektur pada PT. Perkebunan IX.
Sakam Mihardja menjadi  Administratur PT. Perkebunan XIII di perluasan Kalimantan.
 Soemarto Oteng menyeselaikan S2  dan menjadi dosen di Fakultas Pertanian Unpad.
Sardjono Angudi bekerja di perusahaan swasta.
 
Semoga Allah SWT memberikan pahala atas amal dan pengorbanan mereka  kepada teman-teman seregu yang telah mendahului dipanggil-Nya.
Aamiin yaa Robbal'aalamiin. 
 
Sardjono Angudi
angudiwatugiri@gmail.com
29/01/2015 diperbaiki 23/02/2023